Jurnalis Anas Al-Sharif dan Mohammed Quraiqa gugur setelah IOF mengebom tenda jurnalis Al-Jazeera di Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza.
Setelah 673 hari liputan berkelanjutan oleh Anas dan timnya, IOF menambah daftar kejahatannya dengan menargetkan langsung jurnalis yang mendokumentasikan kejahatan Zionis. Lebih dari 263 jurnalis telah gugur di Gaza sejak Oktober 2023.
Pesan terakhir Anas:
Ini adalah wasiatku, dan pesanku yang terakhir.
Jika kata-kataku ini sampai kepada kalian, ketahuilah bahwa Israel telah berhasil membunuhku dan membungkam suaraku.
Pertama-tama, assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Allah Maha Tahu bahwa aku telah mengerahkan segala daya dan kekuatan yang kumiliki untuk menjadi penopang dan suara bagi rakyatku, sejak aku membuka mata di lorong-lorong dan gang-gang sempit Kamp Pengungsi Jabalia.
Harapanku adalah agar Allah memanjangkan umurku hingga aku bisa kembali bersama keluarga dan orang-orang yang kucintai ke kota asal kami, Asqalan yang diduduki—Al-Majdal.
Namun kehendak Allah lebih dahulu datang, dan ketetapan-Nya pasti berlaku.
Aku telah hidup menyelami setiap detail rasa sakit, telah berkali-kali merasakan pedihnya kehilangan.
Meski begitu, aku tak pernah berhenti menyampaikan kebenaran sebagaimana adanya—tanpa manipulasi atau pemutarbalikan fakta. Semoga Allah menjadi saksi atas mereka yang diam membisu, yang rela atas pembunuhan kami, yang mencekik napas kami, yang tak tergugah hatinya melihat jasad anak-anak dan perempuan kami, serta yang tak menghentikan pembantaian yang telah menimpa rakyat kami selama lebih dari satu setengah tahun.
Aku berwasiat kepada kalian untuk menjaga Palestina—mutiara mahkota kaum Muslimin, dan detak jantung setiap insan merdeka di dunia ini.
Aku berwasiat kepada kalian untuk menjaga penduduknya, anak-anak kecilnya yang terzalimi, yang tak diberi kesempatan oleh usia untuk bermimpi dan hidup dalam aman dan damai.
Tubuh-tubuh suci mereka telah dilumat oleh ribuan ton bom dan roket Israel, hingga tercerai-berai dan menempel di dinding-dinding.
Aku berwasiat agar kalian jangan dibungkam oleh belenggu, dan jangan dipasung oleh batas-batas.
Jadilah jembatan menuju pembebasan negeri dan rakyat, hingga matahari kemuliaan dan kebebasan terbit di atas tanah kami yang dirampas.
Aku berwasiat agar kalian berbuat baik kepada keluargaku.
Aku berwasiat untuk buah hatiku, putri tersayangku, Syam, yang tak sempat kulihat tumbuh besar sebagaimana yang selalu kuimpikan.
Aku berwasiat untuk putraku tercinta, Shalah, yang kuharap dapat kudampingi hingga ia tumbuh kuat, untuk kemudian memikul beban ini dariku dan melanjutkan risalah perjuangan.
Aku berwasiat untuk ibundaku tercinta, yang berkat doa-doanya aku sampai pada apa yang kucapai. Doa-doanya adalah bentengku, dan cahayanya adalah penuntun jalanku.
Aku berdoa semoga Allah meneguhkan hatinya dan membalasnya dengan sebaik-baik balasan.
Aku juga berwasiat untuk pendamping hidupku, istriku tersayang Ummu Shalah Bayan, yang terpisah dariku berhari-hari dan berbulan-bulan karena perang.
Namun ia tetap teguh pada janji, kokoh seperti batang zaitun yang tak pernah roboh, sabar dan penuh harap pada pahala Allah, memikul amanah dengan seluruh kekuatan dan keimanan saat aku tiada di sisinya.
Aku berwasiat agar kalian mengelilingi mereka, menjadi penopang mereka setelah Allah `azza wa jalla.
Jika aku wafat, maka aku wafat dalam keteguhan prinsip. Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku ridha atas ketetapan-Nya, beriman akan perjumpaan dengan-Nya, dan yakin bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal.
Ya Allah, terimalah aku di antara para syuhada. Ampunilah dosaku yang telah lalu dan yang akan datang. Jadikan darahku cahaya yang menerangi jalan kebebasan bagi rakyat dan bangsaku.
Maafkan aku jika ada kekurangan, dan doakanlah aku agar mendapat rahmat. Aku telah berjalan di atas janji, tak mengubah dan tak mengganti.
Jangan lupakan Gaza…
Dan jangan lupakan aku dalam doa-doa kalian agar diampuni dan diterima di sisi-Nya.
Anas Jamal Al-Sharif
06 April 2025.***
(Sumber : Al Jazeera & Gaza Media Channel)