Jakarta – Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Zainal Arifin Paliwang dengan suara bergetar menceritakan pengalamannya makan nasi basi selama tiga hari, saat meninjau daerah perbatasan di hadapan anggota DPR RI. Kisah ini ia sampaikan bukan untuk mengeluh, melainkan menggambarkan betapa terpinggirkannya warga di ujung negeri.
Dalam pertemuan di Gedung DPR RI, Senayan, Zainal memaparkan fakta memilukan. Infrastruktur yang memprihatinkan, Jalan rusak parah membuat perjalanan 60 KM memakan waktu selama 6 jam, ketika dibandingkan dengan Jakarta-Bogor yang hanya 1 jam. Jembatan putus, warga terpaksa membuat jembatan darurat dari batang kayu, serta Ketergantungan pada Malaysia, dimana banyak kendaraan bermotor berpelat Malaysia karena harga material di Indonesia terlalu mahal.
“NKRI di Hati, Tapi Perut Bergantung pada Malaysia.” Dengan mata berkaca-kaca, Zainal berkata: “Saya malu, pimpinan. Tapi mau bagaimana? Keuangan daerah kami terbatas. Masyarakat kami masih cinta Indonesia, tapi untuk makan dan transportasi, mereka bergantung pada Malaysia.” Ia bahkan memutar video kondisi warga perbatasan, yang disebutnya bisa membuat para anggota DPR menangis.
Zainal mengungkapkan bahwa Pemprov Kaltara telah berusaha membantu dengan bantuan Subsidi angkutan senilai Rp15 miliar per tahun (meski tahun ini berkurang karena efisiensi), serta Pengajuan ke Kementerian Keuangan dan Bea Cukai untuk mengurus status kendaraan warga yang menggunakan pelat Malaysia.
“Kami butuh dukungan pusat. Akses darat belum tembus, transportasi utama masih mengandalkan udara dan sungai. Bagaimana mau maju kalau jalan saja seperti ini?” Tegas Zainal.
Zainal mengaku sangat bersyukur karena warga Kalimantan Utara masih cinta terhadap Indonesia.
“Untung mereka masih NKRI, tapi perutnya Malaysia, pimpinan. Kita ini negara besar, negara Republik Indonesia, kita malu ketergantungan semuanya selalu dari Malaysia,” kata Zainal. ***(Source Makasar Channel.com)